Minggu, 08 Mei 2011

DAYAH SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL DAN PERKEMBANGAN ZAMAN



DAYAH SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL
DAN PERKEMBANGAN ZAMAN
Oleh Fazzan, S.Pd.I
Peribahasa mengatakan bahwa yang kekal di dunia ini hanyalah perubahan. Karena itu senang atau tidak kita selalu harus menerima perubahan. Perubahan itu bisa jadi ke arah yang positif bisa juga ke arah negatif. Agar perubahan itu bisa mengarah ke positif, maka perubahan itu harus direkayasa sehingga dapat mengarah seperti kita inginkan. Bahkan lebih bagus lagi jika lebih awal diantisipasi terhadap perubahan-perubahan tersebut.
Seperti zaman itu terus berubah, bersamaan dengan itu masyarakat juga akan berubah. Jika kita dapat prediksikan perubahan tersebut, apalagi jika kita dapat memprediksikan perubahan itu mengarah ke negatif atau positif, maka kita lebih baik dapat mempersiapkan sesuatu sehingga perubahan itu selalu mengarah ke positif. Dalam hal ini tak terkecuali masyarakat, kita juga harus mengantisipasinya, setidak-tidaknya dengan menyediakan lembaga pendidikan yang sudah kita yakini ampuh dalam mendidik masyarakat menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah yaitu dayah.
Berdasarkan prediksi perkembangan zaman dan masyarakat masa akan datang maka rencana pembangunan Aceh pun memerlukan visi masa depan. Rencana pembangunan itu termasuk lembaga pendidikan seperti dayah. Berdasarkan visi pembangunan yang direncanakan masadatang, maka kita pun harus menyesuaikan program-program pengembangan dayah untuk masa akan datang. Penyesuaiannya mulai dari tujuan dari pendidikan dayah, artinya untuk apakita didik santri-santri di dayah, mau menjadi apa mereka setelah menamatkan pendidikan di dayah. Penyesuaian ini juga membutuhkan rekayasa kurikulum sehingga akan dapat menghasilkan alumnus seperti yang kita harapkan.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat yang kebanyakan sebagai dampak perkembangan teknologi akan mempengaruhi pula perkembangan umat Islam. Karena itu ulama yang dihasilkan oleh dayah di masa depan harus pula disesuaikan dengan tuntutan zaman. Dayah sudah seharusnya mampu memproduksi ulama tidak hanya untuk kosumsi regional, tetapi untuk level nasional dan internasional.
Sebenarnya ada banyak potensi dasar yang dimiliki dayah yang mudah dikembangkan. Pertama telah sangat kuat dalam ilmu bahasa Arab dan memiliki dasar keterampilan berbahasa Indonesia. Agar mereka dapat berkomunikasi tingkat nasional, tinggal membiasakan menggunakan bahasa Indonesia yang benar melalui membaca surat kabar, artikel-artikel ilmiah dan buku-buku yang terbit sekarang sehingga dengan demikian sekaligus terperbaiki bahasa Indonesia dan mendapat ilmu baru. Untuk memiliki alat komunikasi tingkat internasional, tinggal mengaktifkan bahasa Arabnya yang sudah cukup kuat dalam membaca teks. Ada satu lagi potensi besar di dayah, mereka banyak yang menguasai ilmu mantik dengan kuat dan juga ilmu ushul Fiqh. Ilmu ini sangat dipentingkan dalam melatih kemampuan dalam berdialog dengan ilmu-ilmu lain atau ilmuwan lainnya. Ilmu ini hanya perlu penambahan pendalaman saja. Sangat sempurna lagi jika mereka ingin menghiasinya dengan ilmu filsafat. Terserah kepada mereka setuju atau tidak dengan ilmu filsafat, tetapi sangat baik jika dipelajari sehingga ketika menolak pendapat orang lain yang menggunakan filsafat cukup mudah kerana ilmu itu telah dikuasai sebelumnya. Seperti juga Imam Al-Gazali telah mampu menolak pikiran filsafat orang lain kerana dia sendiri menguasai ilmu filsafat baik.
Sebagaimana kenyataan bahwa alam ini terus berubah dan sebagiannya kearah kemajuan, maka tidak boleh tidak umat Islam pun berusaha menyesuaikan ilmunya dengan perubahan tersebut. Sebenarnya yang terbaik adalah justeru umat Islam yang membuat kemajuan-kemajuan sehingga umat lain yang harus melakukan penyesuaian-penyesuaian. Dalam hal ini tidak terkecuali masyarakat yang berkutat dengan dayah apakah kerana aktivitas hari-harinya di dayah atau orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan dayah, harus memikirkan lebih serius sehingga dayah akan terus diminati dan dikagumi oleh umat di masa-masa akan datang.
Banda Aceh 23 Juni 2010

0 komentar:

Posting Komentar