Minggu, 08 Mei 2011

“MENGISLAMKAM ORANG ORANG ISLAM”

"MENGISLAMKAN ORANG ISLAM"
Oleh Prof. Dr. Fazzan, MA

Membaca buku Sujana WS merupakan suatu hal yang sangat bermanfaat, karena isi buku tersebut menggambarkan dan memberikan motivasi kepada kita agar dapat beragama dengan benar. Dimana dalam menguraikan permasalahan beragama ia lebih menonjolkan kesungguhan dan keikhlasan dalam menjalankannya. Ia menyebutnya “beragama dengan hati.” Kebanyakan kita “beragama dengan teori”, sangat sedikit orang beragama dengan hati. Pintar membicarakan teori agama, kita merasa sebagai ahli agama. Kalau sudah berpakaian Islami, lantas kita beranggapan kita paling ‘alim di dunia ini. Namun, dalam buku ini Sujana WS mengungkap sebaliknya. Ia selalu gelisah dengan kualitas agamanya dan selalu mempertanyakan apakah dirinya sudah Islami, padahal Ia telah melaksanakan segala rukun Islam (membaca syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji).
Dalam buku ini Sujana WS menjadikan dirinya sebagai cermin bagi kita semua dengan cara membedah segala sisi kekurangannya dalam beragama agar kita tidak merasa malu untuk membedah diri kita sendiri (intropeksi diri). Sujana WS selalu mengajak kita untuk selalu memperhitungkan keislaman kita selama ini, apakah kita sudah Islam dalam arti yang sesungguhnya. Bukan hanya sekedar Islam nama. Islam atribut. Islam teori. Islam KTP. Apalagi Islam ikut-ikutan.
Dalam membedah dirinya, Sujana WS memberikan cerminan bahwa, ia merasa resah ketika belum bisa mengkalaborasikan dan menyelaraskan antara hati, lisan, dan perbuatannya. Sering merasa marah, padahal Islam mengajarkan sabar. Sering berbuat dhalim, padahal agama mengajarkan berbuat adil dan kasih saying. Masih memiliki sifat malas, sedangkan Islam menganjurkan kedisiplinan dan kerja keras. Masih sering sombong dan riya’, padahal Allah menganjurkan tawahu’. Sikapnya masih sering egoistic dan memberontak padahal Allah dan Rasul mengajari tawakkal penuh kepada-Nya. Oleh karena itu, orang yang masih terbiasa dengan sifat-sifat tersebut sungguh ia belum berislam dengan sebenar-benarnya. Islamnya masih dalam taraf hanya sekedar berteori agama.
Buku ini mengajak pembaca untuk mencoba bercermin kepada diri kita masing-masing untuk melihat realitas kehidupan keseharian kita. Sudahkah kita menjalankan kehidupan beragama yang sesungguhnya atau dalam istilah lain disitu disebut dengan “sudahkah Islam kita”. Atau jangan-jangan Islam timbul karena orang tua yang memeluk Islam.
Allah mentakdirkan kita terlahir sebagai pemeluk agama Islam seharusnya kita syukuri. Ini merupakan karunia yang sangat besar dan tiada terhingga. Orang yang tidak beragama Islam peluang untuk diterima Allah cukup kecil. Kecuali mereka memperoleh hidayah dari Allah dan mereka melakukan pencarian untuk mencari agama yang hakiki yaitu agama Islam. Karena pada dasarnya kesalahan mereka adalah pada tauhidnya. Sementara orang Islam memiliki peluang yang sangat besar untuk diterima Allah dan peluang masuk syurga lebih leluasa. Hal ini dikarenakan ajaran tauhid yang kita terima sangat jelas yaitu hanya mengesakan Allah. Seperti yang dijelaskan dalam QS. Al-Ikhlas: 1-4. Namun ini semua sangat tergantung pada diri kita masing-masing. Apakah kita bisa memanfaatkan karunia Allah tersebut. Misalnya dengan cara mengamalkan seluruh aktifitas kita sesuai dengan ajaran Islam. Atau kita membiarkan peluang itu berjalan apa adanya. Atau bahkan mungkin justru melepaskan peluang itu, yang sudah berada dalam genggaman kita. Karena sehebat apapun kitab dan Rasulnya, akan tidak ada artinya bila ajarannya tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Allah memerintahkan kepada kita untuk masuk Islam secara kaffah. Oleh karena itu Islam itu tidak hanya berorientasi pada masalahukhrawi saja, padahal untuk mencapai kehidupan akhirat kita tidak perlu melupakan kehidupan dunia. Untuk mendapat dan memperoleh kualitas diri kita tidak perlu memisahkan diri dari kehidupan dunia. Jadi berislam secara kaffah tidak perlu memisahkan anatara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Kita menjalani kehidupan dunia ini sesuai dengan profesi masing-masing. Namun dalam menjalaninya harus diniatkan semata-mata karena Allah. Hidup kita harus selalu terhiasi dengan zikrullah, mau sombong kita ingat Allah, mau bohong juga ingat kepada Allah, dan lain sebagainya. Insya Allah jika kita selalu mengingat Allah, Allah juga akan selalu ingat kepada kita dan kita akan selalu mendapatkan perlindungan-Nya.
Dari uraian singkat tadi semuanya menginginkan agar kita umat Islam bentuk Islamnya tidak hanya dalam bentuk pengakuan saja, jangan samapai terjadinya pengislaman orang Islam. Karena sungguh sangat kita sayangkan bila hal ini terjadi, karena Islam kita selama ini ternyata masih dalam bentuk teoritis, tidak praktis sehingga tidak salah kalau Sujana WS menabalkan istilah “Mengislamkan Orang Islam.”

0 komentar:

Posting Komentar